Tak sedikit teman ato orang yg bertanya “gimana sih nentuin kamera SLR yang pas buat kita saat pertama beli?”. Hal tersebut emang penting agar kita ga salah pilih saat beli kamera SLR and tentunya hampir mendekati apa sebenernya yang kita mau. Okey, untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut beberapa tips yang bisa dipake saat akan membeli kamera DSLR (ato umumnya disebut SLR ajah) untuk pertama kalinya.
I. Define Yourself
Tanya ke diri sendiri, ingin seperti apa nantinya setelah memiliki kamera SLR? Apakah sekedar hoby jeprat-jepret, hoby tapi ingin berkarya layaknya professional atau ingin serius menjadi fotografer professional. Nah setelah yakin mau dimana nantinya, saatnya setting budget. Untuk men-setting budget kita musti tau dulu jenis ato level kamera apa yg musti kita beli, lihat ilustrasi sederhana dan table jenis kamera dibawah:
- Just Hobby: Kebutuhan => entry level SLR/semi pro/terserah tergantung budget
- Serious Hobby: Kebutuhan => semi pro SLR/whatever SLR (semi pro ke atas)
- Professional Photographer Wannabe: Kebutuhan => sama seperti serious hobby
Untuk mengetahui harga pasaran masing-masing camera, silahkan cek price list harga di Bhinneka, Focus Nusantara atau JPC Kemang. Ke-3 online store tersebut merupakan toko credible yang sering dituju para fotografer. Harga dimasing-masing toko tentunya menggunakan harga Jakarta, silahkan kira-kira sendiri berapa fluktuasi harga biasanya di daerah anda masing-masing berdasar refferensi harga pasaran kamera di Jakarta.
II. Camera Kit or BO (Body Only)?
Setelah mengetahui gambaran berapa dana yang musti anda spend untuk membeli kamera, sebelum mendatangi toko kamera ada baiknya anda menentukan pilihan, apakah membeli Camera Kit (Camera plus paket lensa) atau membeli Body Camera Only dan membeli lensa secara terpisah. Why? Membeli lensa secara terpisah memberi keleluasaan bagi anda untuk lebih spesifik menentukan kamera apa yang nantinya benar-benar sesuai dengan apa yang anda butuhkan.
Just Hobby: Untuk sekedar bernarsis ria, mengabadikan moment-moment indah bersama teman atau orang terkasih, dokumentasi perjalanan wisata, special event dan lainnya, camera kit sudah mencukupi semua kebutuhan tersebut. Jajaran kamera entry level sudah mampu menjawabnya, atau jika anda memiliki budget lebih ya silahkan membeli kamera apa saja diatas entry level sesuai standar budget ato style yang anda miliki
.
Serious Hobby and Pro Photographer Wannabe: Bagi kelompok yang ini, berdasar pengalaman mending anda membeli Body Only ajah dan beli lensa secara terpisah. Namun konsekuensinya adalah biaya relatif lebih mahal dibanding membeli kit.
Ilustrasi: Let say, anda punya banyak duit dan ingin serius belajar fotografi, even sebagai hoby ato titik awal karir yang anda pilih. Dan anda ingin memiliki kamera yang sesuai dengan passion anda di bidang olahraga, kamera yang dibutuhkan tentunya kamera berkecepatan tinggi yang mampu menangkap tiap frame dari objek yang bergerak dalam sebuah event sport, balap ato sepak bola mungkin.
So, the choice goes to Canon EOS 7D misalnya yang memiliki kemampuan burst rate 8 frame/second. Beli 7D BO then combine dengan lensa tele 70-200mm yang memungkinkan anda membidik object dari jarak jauh.
Itu pilihan bagi yang ga ada masalah dengan yang namanya duit, lah kalo budget pas pasan tapi serius ingin belajar foto, how? Tetep bisa cuy tenang aja, beli Body Only dari entry level camera trus beli lensa ekonomis performa fantastis, misal beli BO EOS 550D plus lensa Canon EF-S 55-250mm IS II Telephoto Zoom lens di angka 2jutaan. Ini adalah lensa mix performance ekonomis dari Canon, dia bisa dipake untuk kebutuhan tele (moto dari jauh) ataupun kebutuhan zoom untuk kebutuhan rata-rata kamera seperti portrait photo.
Cukup sampe disitu? Nope, kalo masi ada sisa duit 900 ribuan beli canon EF 50mm f/1.8 II, ini adalah lensa fix. Penjelasan mudahnya ini adalah lensa manual yang cocok untuk belajar fotografi, 50mm tidak memiliki fitur zoom, jadi kita musti maju mundur nge-zoom pake kaki buat dapet angle yang kita mau. Rada dibet memang tapi justru disinilah proses kita belajar bagaimana menentukan komposisi, angle dan lain sebagainya. 50mm juga perfect untuk yang ingin explore efek blur dari sebuah foto, DOF atau Deep of Field/area ketajaman titik fokus bakal kita pelajari disitu. Lensa ini memang terkesan murahan sesuai harganya, body made from plastic, suara motor lensa rada berisik but trust me kalo bisa make, hasilnya no plasticy :p
Gimana dengan Nikon? Sama, Nikon juga menyediakan lensa 50mm ekonomis performa fantastis, which is Nikon AF 50mm f/1.8D diangka 1,2 juta-an
III. Canon or Nikon? or Even Sony?
How to choose the brand? Hehe, untuk sebagian kelompok fotografer hal ini terbilang rada sensitif. Merk kamera layaknya “agama” yang dipake untuk meng-exclusivekan diri atau kelompok dan mendiskreditkan fotografer lain yang memiliki kamera ber-merk beda, LOL. It’s just a tools guys, layaknya pemahat kita punya palu sendiri-sendiri sesuai dengan selera dan pilihan. Don’t see the gear, but see the result.
Pesan buat temen-temen yang mau terjun ke dunia fotografi, don’t be stupid dan terseret ke area itu. Mungkin saat ini masi banyak beredar pendapat dijalanan yang langsung membandingkan brand ini lebih bagus ketimbang yg ini, bla bla bla. Hasilnya lebih kuninglah, inilah itulah, haha itu tergantung gimana nyettingnya kali. Diera kemajuan teknologi informasi yang begini pesat, teknologi fotografi juga turut berkembang pesat. Masing-masing vendor pembuat kamera saling berlomba menciptakan produk terbaik, artinya apa? kemampuan mereka saling susul menyusul, 11-12. Vendor yang kalah di fitur tertentu misalnya, on the next product bakal bisa menang dibanding competitornya.
So, jangan lagi membandingkan secara keseluruhan kalo merk ini lebih bagus dibanding merk lainya berdasar pada perbandingan yang ga relevan. Misal membandingkan kamera level semi pro dari merk A dengan kamera level entry dari merk B trus bikim justifikasi kalo merk A lebih bagus dibanding merk B. Bukan seperti itu, jangan merknya yang dibandingin tapi head to head produk sekelasnya, misal Canon EOS 7D VS Nikon D300S. Itu baru perbandingan relevan.
Kamera sama juga produk lain seperti Smartphone ato Mobil, line-up product dibagi berdasar masing-masing kelas. Fitur tentunya menyesuaikan kelas, dan di teknologi kamera digital fitur sudah beraneka ragamnya. Bisa jadi dalam level kamera yang sama kamera A kalah di fitur ini, tapi menang di fitur itu. Artinya apa? teknologi, fitur sudah bukan sebuah masalah besar, toh ada software Post Processing seperti Adobe Photoshop yang menjembatani tiap2 kekurangan kualitas dari hasil jepretan sebelum menjadi final product.
Kalau fitur dan teknologi sudah tidak menjadi masalah trus gimana milih kamera pertama kita?
Sebelum membeli kamera terbaik means sesuai, tentukan 2 pilihan merek di level camera yang sama, cari informasi dan review masing-masing kamera yang ditentukan berdasar budgeting sebelumnya. Cari review dengan googling, review video di channel fotografi youtube seperti Digitalrev atau situs review photo gear misal Dpreview, cari yang visible buat dibeli artinya mampu membeli dan fiturnya sesuai dengan apa yang anda butuhkan.
Misal yang visible adalah Canon 5D Mark III maka nantinya saat anda datang ke toko kamera untuk menentukan pilihan brand berarti anda harus menyandingkan kompetitor 5D Mark III yaitu Nikon D800 sebagai option.
Untuk memilih salah satu dari dua pilihan, balikin ke selera anda, Canon dan Nikon sama bagusnya layaknya Mercy dan BMW. Sebelum membeli untuk yang pertama kali, pegang, coba, rasakan benar-benar masing-masing produk dari pilihan brand didepan anda. Feel it on your hand, rasain beratnya, kemantaban di tangan, suara shutter saat menjepret pertama kali, kemudahan penggunaan, bentuk dan lain sebagainya (asumsi fitur 11-12 di level kamera yang sama). Mana yang paling sesuai dihati diantara pilihan kamera yang anda tentukan tersebut, beli! Simple as that!
(almansurpictures)
(almansurpictures)